Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan
tentang “Kenakalan Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan
sistem. Dalam pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan
pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial
apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang
perilaku disorder di kalangan anak dan remaja (Kauffman , 1989 : 6)
mengemukakan bahwa perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan
dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana
sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat
sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan
lingkungan sosialnya
HASIL PENELITAN
A. Bentuk Kenakalan
Yang Dilakukan Responden
Berdasarkan data di lapangan dapat disajikan hasil
penelitian tentang kenakalan remaja sebagai salah satu perilaku menyimpang
hubungannya dengan keberfungsian sosial keluarga di Pondok Pinang pinggiran
kota metropolitan Jakarta. Adapun ukuran yang digunakan untuk mengetahui
kenakalan seperti yang disebutkan dalam kerangka konsep yaitu (1) kenakalan
biasa (2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan dan (3)
Kenakalan Khusus. Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 responden, dengan
jenis kelamin laki-laki 27 responden, dan perempuan 3 responden. Mereka berumur
antara 13 tahun-21 tahun. Terbanyak mereka yang berumur antara 18 tahun-21
tahun.
Bentuk Kenakalan Remaja Yang Dilakukan Responden
(n=30)
Bentuk Kenakalan
|
f
|
%
|
1. Berbohong
2. Pergi keluar
rumah tanpa pamit
3. Keluyuran
4. Begadang
5. membolos
sekolah
6. Berkelahi
dengan teman
7. Berkelahi
antar sekolah
8. Buang sampah
sembarangan
9. membaca buku
porno
10. melihat gambar porno
11. menontin film porno
12. Mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM
13. Kebut-kebutan/mengebut
14. Minum-minuman keras
15. Kumpul kebo
16. Hubungan sex diluar nikah
17. Mencuri
18. Mencopet
19. Menodong
20. Menggugurkan Kandungan
|
30
30
28
26
7
17
2
10
5
7
5
21
19
25
5
12
14
8
3
2
|
100
100
93,3
98,7
23,3
56,7
6,7
33,3
16,7
23,3
16,7
70,0
63,3
83,3
16,7
40,0
46,7
26,7
10,0
6,7
|
Bahwa seluruh responden pernah melakukan kenakalan, terutama
pada tingkat kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit
pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah
sembarangan dan jenis kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang
menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa
SIM, kebut-kebutan, mencuri,minum-minuman keras, juga cukup banyak dilakukan
oleh responden. Bahkan pada kenakalan khususpun banyak dilakukan oleh responden
seperti hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan narkotika, kasus
pembunuhan, pemerkosaan, serta menggugurkan kandungan walaupun kecil
persentasenya. Terdapat cukup banyak dari mereka yangkumpul kebo. Keadaan yang
demikian cukup memprihatinkan. Kalau hal ini tidak segera ditanggulangi akan
membahayakan baik bagi pelaku, keluarga, maupun masyarakat. Karena dapat
menimbulkan masalah sosial di kemudian hari yang semakin kompleks.
Contoh kasus 1:
Pemerkosan Anak di bawah umur kembali terjadi. Kali
itu musibah itu menimpa Kenanga, 12 tahun, bukan nama sebenarnya di Kapuk,
Cengkareng, Jakarta Barat. Pemerkosaan yang sudah empat kali terjadi itu, baru
dilaporkan korbannya setelah dia tidak diberi uang untuk membeli mie instan
oleh tersangka, Jumat (12/5) malam.
Junawan, 21 tahun, tersangka kasus pemerkosaan ini
mengaku telah memperkosa Kenanga sejak April lalu. Dia merasa tergoda ketika
menonton TV bersama di rumahnya.
Kebetulan, Kenanga tinggal satu atap dengan Junawan. Orangtua Kenanga mengontrak rumah di lantai satu, milik orang tua Junawan. Dan, Keluarga Junawan tinggal di lantai atas. Keluarga itu juga menggunakan akses keluar masuk melewati rumah di lantai satu itu.
Kebetulan, Kenanga tinggal satu atap dengan Junawan. Orangtua Kenanga mengontrak rumah di lantai satu, milik orang tua Junawan. Dan, Keluarga Junawan tinggal di lantai atas. Keluarga itu juga menggunakan akses keluar masuk melewati rumah di lantai satu itu.
Menurut Junawan, pemerkosaan biasa dilakukan sekitar
pukul 09.00 hingga 12.00 siang. Karena pada saat itu rumah dalam keadaan sepi.
Orang tua Kenanga sedang bekerja. Begitu pula dengan orang tua Junawan yang
berdagang daging pergi ke pasar, sedangkan dua adiknya sekolah.
“Pada awalnya dia (korban) memberontak, tetapi selanjutnya tidak. Saya selalu mengancamnya bila berani mengadu,” ujar Junawan.
“Pada awalnya dia (korban) memberontak, tetapi selanjutnya tidak. Saya selalu mengancamnya bila berani mengadu,” ujar Junawan.
Seusai melakukan pemerkosaan, Junawan selalu
memberikan uang kepada Kenanga Rp 10 ribu. Jumat kemarin, kata Junawan, Kenanga
minta uang kepadanya untuk membeli mie instan. Karena tak diberi, Kenanga mengadukan
perbuatan Junawan kepada orang tuanya.
Orang tua Kenanga melaporkan kasus itu ke polisi. Petugas Polsek Cengkareng menangkap Junawan dini hari ini di rumahnya. Kini pemuda pengangguran itu mendekam di sel tahanan Polsek Cengkareng.
Orang tua Kenanga melaporkan kasus itu ke polisi. Petugas Polsek Cengkareng menangkap Junawan dini hari ini di rumahnya. Kini pemuda pengangguran itu mendekam di sel tahanan Polsek Cengkareng.
Penyelesaiannya
:
1. Sosialisasi
sex edukasi yang baik dan benar sesuai dengan umurnya. Tujuanya agar anak-anak
yang masih didalam pengawasan orang tuanya mengerti dengan baik bahwa ada
organ-organ sensitive mereka yang harus dijaga dengan baik.
2. Bimbingan
dan kasih sayang orang tua. Tekanan ekonomi atau ketidak dekatan kasih sayang
dari keluarga bias menjadi factor pemicu si anak mencari pelampiasan lain.
3. Bimbingan
atau konseling dari pihak professional. Dimaksudkan apabila sudah terjadi
pemerkosa akan mendapatkan hukuman agar menimbulkan efek jera selain itu juga
konseling dari pihak professional seperti psikolog untuk membantu proses
pembenahan mental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar