Minggu, 21 Februari 2016

Motivasi berprestasi

a. Pengertian Motivasi berprestasi

Abraham Maslow mengemukakan teorinya mengenai kebutuhan manusia, Kebutuhan-kebutuhan itu terdiri dari kebutuhan fisiologis (seperti makan, minum), kebutuhan akan rasa aman tentram, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, kebutuhan untuk berprestasi merupakan kebutuhan manusia pada peringkat yang tertinggi. (Siagian dalam Prantiya 2008)
Selain hal tersebut Prof. Dr. David C Mc Clelland dalam Thoha (2007), membedakan tiga kebutuhan pokok manusia. Ketiga kebutuhan tersebut adalah kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan berkuasa.
Mc Clelland secara terperinci pada Teori Motivasi Berprestasinya yang dikutip Basuki (2007) menyatakan “motivasi berprestasi bermakna suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji”.
Sementara itu Prantiya (2008) menyimpulkan “motivasi berprestasi merupakan suatu usaha yang mendorong seseorang untuk bersaing dengan standar keunggulan, dimana standar keunggulan ini dapat berupa kesempurnaan tugas, dapat diri sendiri atau prestasi orang lain”.
Berdasarkan Teori dan Pendapat tentang motivasi berprestasi maka diperoleh kesimpulan mengenai motivasi berprestasi, dalam hal ini motivasi berprestasi di sekolah adalah dorongan pada diri seseorang baik itu dari dalam ataupun dari luar untuk melakukan aktivitas berupa belajar dan aktivitas lainnya dengan semaksimal mungkin dan bersaing berdasarkan standar keunggulan agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji atau predikat unggul.
b. Aspek Motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi yang timbul pada diri seseorang umumnya disebabkan oleh:
1. Instrinsik
Menurut Monks, Knoers, Siti rahayu dalam Dimyati dan Mudjiono, (2006: 90-91):
Motivasi instrinsik yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menamakan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini, motivasi instrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. Menurut Monks, motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak berusia balita. Hal ini berarti bahwa motivasi kinstrinsik perlu diperhatikan oleh para guru sejak TK, SD, dan SLTP. Pada usia ini para masih memberi tekanan pada pendidikan kepribadian, khususnya disiplin diri untuk beremansipasi. Penguatan terhadap motivasi instrinsik perlu diperhatikan, sebab disiplin diri merupakan kunci keberhasilan belajar.
Handoko dalam Juliani (2007) berpendapat “motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berfungsi tanpa adanya ransangan dari luar, dalam diri individu sudah ada suatu dorongan untuk melakukan tindakan.
Adapun factor yang berkaitan intrinsic menurut Hick dan Gullet dalam Juliani (2007) adalah:
a. Kepentingan yang khusus bagi seseorang, menghendaki dan menginginkan merupakan hal yang unik baginya.
b. Kepentingan keinginan dan hasrat seseorang adalah juga karena untuk kesemuanya ditentukan oleh factor yang membentuk kepribadiannya, penampilan biologis, psiologis dan psikologisnya.
2. Ektrinsik
Menurut Monks, Knoers, Siti rahayu dalam Dimyati dan Mudjiono, (2006: 91):
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap prilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas satu SMP belum mengetahui tujuan belajar di SMP. Semula, ia hanya ikut-ikutan belajar di SMP karena teman sebayanya juga belajar di SMP. Berkat penjelasan wali kelas satu SMP, siswa memahami faedah belajar di SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar dengan giat dan bersemangat. Hasil belajar siswa tersebut sangat baik, dan ia berhasil lulus SMP dengan NEM sangat baik. Ia menyadari pentingnya belajar dan melanjutkan pelajaran di SMA. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik “dapat berubah” menjadi motivasi instrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain.
Sardiman dalam Faiq (2009) menjelaskan bahwa “motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau ransangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar laku tersebut.
3. Karakteristik Motivasi Berprestasi
Mangkunegara dalam Juliani (2007) mengemukakan bahwa karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi antara lain memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistis serta berjuang merealisasikannya, mampuan mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapi, melakukan pekerjaaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil memuaskan dan mempunyai keinginan menjadi orang yang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.
Mc Clelland dalam Zarkasyi (2006) mengungkapkan karakteristik orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi berupa:
a. Memilih untuk mengindari tujuan prestasi yang mudah dan sulit. Mereka sebenarnya memilih tujuan yang moderat yang mereka pikir akan mampu mereka raih.
b. Memilih umpan balik lansung dan dapat diandalkan mengenai bagaimana mereka berprestasi.

c. Menyukai tanggung jawab pemecahan masalah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KAPAMALIAN

KAPAMALIAN Kapamalian dituliskeun téh lain pikeun jadi ageman, ngan supaya nyaho baé, yén kolot urang baheula mah dina hirup-kumbuhna téh...