a. Pengertian Motivasi berprestasi
Abraham Maslow mengemukakan teorinya mengenai kebutuhan
manusia, Kebutuhan-kebutuhan itu terdiri dari kebutuhan fisiologis (seperti
makan, minum), kebutuhan akan rasa aman tentram, kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan
diri, kebutuhan untuk berprestasi merupakan kebutuhan manusia pada peringkat
yang tertinggi. (Siagian dalam Prantiya 2008)
Selain hal tersebut Prof. Dr. David C Mc Clelland dalam
Thoha (2007), membedakan tiga kebutuhan pokok manusia. Ketiga kebutuhan
tersebut adalah kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan
berkuasa.
Mc Clelland secara terperinci pada Teori Motivasi
Berprestasinya yang dikutip Basuki (2007) menyatakan “motivasi berprestasi
bermakna suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas
dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji”.
Sementara itu Prantiya (2008) menyimpulkan “motivasi
berprestasi merupakan suatu usaha yang mendorong seseorang untuk bersaing
dengan standar keunggulan, dimana standar keunggulan ini dapat berupa
kesempurnaan tugas, dapat diri sendiri atau prestasi orang lain”.
Berdasarkan Teori dan Pendapat tentang motivasi berprestasi
maka diperoleh kesimpulan mengenai motivasi berprestasi, dalam hal ini motivasi
berprestasi di sekolah adalah dorongan pada diri seseorang baik itu dari dalam
ataupun dari luar untuk melakukan aktivitas berupa belajar dan aktivitas
lainnya dengan semaksimal mungkin dan bersaing berdasarkan standar keunggulan
agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji atau predikat unggul.
b. Aspek Motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi yang timbul pada diri seseorang umumnya
disebabkan oleh:
1. Instrinsik
Menurut Monks, Knoers, Siti rahayu dalam Dimyati dan
Mudjiono, (2006: 90-91):
Motivasi instrinsik yang dikarenakan orang tersebut senang
melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia
ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi
memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa
tersebut menamakan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk memahami tokoh
yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru
untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini, motivasi instrinsik tersebut telah
mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi. Menurut Monks, motivasi
berprestasi telah muncul pada saat anak berusia balita. Hal ini berarti bahwa
motivasi kinstrinsik perlu diperhatikan oleh para guru sejak TK, SD, dan SLTP.
Pada usia ini para masih memberi tekanan pada pendidikan kepribadian, khususnya
disiplin diri untuk beremansipasi. Penguatan terhadap motivasi instrinsik perlu
diperhatikan, sebab disiplin diri merupakan kunci keberhasilan belajar.
Handoko dalam Juliani (2007) berpendapat “motivasi intrinsik
yaitu motivasi yang berfungsi tanpa adanya ransangan dari luar, dalam diri
individu sudah ada suatu dorongan untuk melakukan tindakan.
Adapun factor yang berkaitan intrinsic menurut Hick dan
Gullet dalam Juliani (2007) adalah:
a. Kepentingan yang khusus bagi seseorang, menghendaki dan
menginginkan merupakan hal yang unik baginya.
b. Kepentingan keinginan dan hasrat seseorang adalah juga
karena untuk kesemuanya ditentukan oleh factor yang membentuk kepribadiannya,
penampilan biologis, psiologis dan psikologisnya.
2. Ektrinsik
Menurut Monks, Knoers, Siti rahayu dalam Dimyati dan
Mudjiono, (2006: 91):
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap prilaku
seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu,
karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.
Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas satu SMP belum mengetahui tujuan belajar
di SMP. Semula, ia hanya ikut-ikutan belajar di SMP karena teman sebayanya juga
belajar di SMP. Berkat penjelasan wali kelas satu SMP, siswa memahami faedah
belajar di SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar dengan giat dan
bersemangat. Hasil belajar siswa tersebut sangat baik, dan ia berhasil lulus
SMP dengan NEM sangat baik. Ia menyadari pentingnya belajar dan melanjutkan
pelajaran di SMA. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik “dapat berubah” menjadi
motivasi instrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia
belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain.
Sardiman dalam Faiq (2009) menjelaskan bahwa “motivasi
ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau
ransangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan
oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar laku tersebut.
3. Karakteristik Motivasi Berprestasi
Mangkunegara dalam Juliani (2007) mengemukakan bahwa
karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi antara lain
memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, memiliki program kerja berdasarkan
rencana dan tujuan yang realistis serta berjuang merealisasikannya, mampuan
mengambil keputusan dan berani mengambil resiko yang dihadapi, melakukan
pekerjaaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil memuaskan dan
mempunyai keinginan menjadi orang yang terkemuka yang menguasai bidang
tertentu.
Mc Clelland dalam Zarkasyi (2006) mengungkapkan
karakteristik orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi berupa:
a. Memilih untuk mengindari tujuan prestasi yang mudah dan
sulit. Mereka sebenarnya memilih tujuan yang moderat yang mereka pikir akan
mampu mereka raih.
b. Memilih umpan balik lansung dan dapat diandalkan mengenai
bagaimana mereka berprestasi.
c. Menyukai tanggung jawab pemecahan masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar