Minggu, 21 Februari 2016

MENYIKAPI MASALAH KEHIDUPAN

CARA PANDANG ISLAM DAN UPAYA DALAM MENYIKAPI MASALAH KEHIDUPAN

Bismillahirahmanirahim..
Assalamualaikum wr.ws..
Assolatuasala wa ala alahi wasahbihi adzmain.. ama ba’du..

Saudara –saudaraku yang dirahmati Allah swt.. Marilah bersama-sama kita membuka majelis hari ini dengan mengucap hamdalah (Alhamdulilah) karena atas segala rahmat dan berkah sehat yang Allah berikan kepada kita sehingga kita bisa berkumpul dalam majelis ini.. Shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi Muhammad saw.

Masalah ? Masalah itu biasa terjadi apabila kenyataan yang kita hadapi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Manusia sebagai makhluk Allah, tentu sering diberikan Allah masalah sebagai ujian dalam menjalani hidup ini. Apabila kita memandang masalah yang diberikan itu sebagai sebuah ujian, tentu kita bisa memahami bahwasanan masalah itu adalah sarana percepatan peningkatan kualitas diri. Dengan demikian tentu kita lebih bisa menikmati proses dalam setiap tahap menyelesaikan masalah tersebut.
Saudara- saudara ku sekalian harus diketahui bahwasana masalah hidup baik dalam bentuk sakit, musibah, ataupun kecelakaan dialami oleh semua makhluk ciptaan Allah sebagaimana yang sudah Allah katakan dalam Surah Al-Baqarah ayat 155-157 : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”.
Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan memberikan ujian yang berlebihan kepada kita, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Baqarah ayat 286 : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Oleh sebab itu, pencapaian pribadi paripurna hanya dapat diraih melalui proses ujian yang bertahap sesuai dengan kapasitas, dinamis dan berkelanjutan sehingga berakhir pada satu titik yaitu kepantasan diri mendapatkan kebahagiaan hakiki yakni bahagia dunia dan akhirat.Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah menyukai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridho maka baginya keridhoan, dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan”. (HR. Tirmidzi no. 2396, Ibnu Majah no. 4031, dihasankan Syeikh Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi II/286). Dalam hadist tersebut tentunya dapat diketahui ujian juga menjadi sarana kita untuk mendapatkan pahala dan memperoleh keridhoan Allah SWT.
Tidak semua manusia bisa menempatkan diri sebagai pribadi yang pantas mendapat kebahagiaan salah satu penyebabnya adalah pola pandang yang salah tentang ujian hidup itu sendiri. Banyak manusia menganggap bahwa ujian hidup hanya dalam bentuk musibah yang buruk-buruk semata padahal nikmat yang baik-baik pun sebenarnya bentuk lain dari ujian hidup. Misalnya ketika kita diberikan Allah pasangan hidup yang rupawan wajahnya, harta yang berlimpah dan jabatan yang tinggi. Bagi  banyak orang hal tersebut adalah rezeki yang tiada tara, tetapi Allah Maha Adil. Maka dalam nikmat yang diberikan olehnya diselipkan lah ujian untuk kita yaitu bagaimana kita bisa amanah menjaga semua yang telah Ia titipkan kepada kita.
Melihat banyaknya hikmah dan kebaikan dalam sebuah ujian tentu ada baiknya untuk kita belajar bagaimana cara menyikapi masalah agar kita menjadi lebih tangguh, kuat dan sabar dalam menjalani nya.  Caranya adalah sebagai berikut :
 Janganlah mengubur harapan. Dengan mengubur harapan maka sama artinya kita melemahkan motivasi untuk bisa bangkit dan menyelesaikan masalah tersebut. Misalnya ketika kita sudah mengatakan bahwa kita tidak mampu untuk melakukan sesuatu maka sebenernya kita sudah mulai kehilangan motivasi untuk mendapatkan keinginan kita. Kita harus yakin bahwa harapan itu tidak pernah sirna selama kita yakin dan percaya bahwa kita bisa melakukannya dengan bantuan Allah swt.
Teruslah untuk membuka mata, hati, dan pikiran kita. Bukalah mata untuk melihat disekitar kita bahwa masih banyak orang yang sebenarnya memiliki masalah yang lebih pelik daripada kita. Bukalah hati untuk selalu merasakan bahwa sebenernya kita masih lebih beruntung daripada yang lain. Bukalah pikiran agar kita bisa berpikir dengan logika  dan pikiran yang jernih, kebanyakan orang akan menyelesaikan masalahnya dengan emosi. Jika kita menggunakan emosi, kita tidak bisa berpikir dengan jernih, sehingga tidak bisa menemukan solusi atas masalah kita. Emosi seringkali hanya menuntun kita ke solusi instan, yang penting cepat selesai dan pada akhirnya solusi tersebut hanya bersifat sementara dan tidak paripurna.
Tidak usah berlebihan (lebai) dalam menyikapi permasalahan. Masalah terbesar dari sebuah masalah sebenarnya bagaimana kita menyikapinya, bukan pada masalahnya. Suka ada orang yang bertanya atau konsultasi bagaimana cara menghadapi masalahnya. Namun apa pun nasihat yang orang berikan kepadanya, dia selalu membantah bahwa masalahnya itu terlalu besar jika dibandingkan dengan nasihat yang diberikan. Lebai akan menutup semua cara menghadapi masalah. Khawatirnya, jika bersikap seperti itu, dia hanya mencari pembenaran akan ketidakmampuan dia. Dia menyerah dan mencari “maklum”, bukan mencari solusi.
 Ini adalah langkah yang paling penting dan paling utama yaitu meminta pertolongan Allah SWT. Tidak ada yang bisa menghambat kita, jika Allah sudah mengijinkan. Tidak ada masalah yang tidak bisa dihilangkan jika Allah berkehendak. Jadi, mintalah pertolongan Allah bukan sebagai pelengkap dari langkah kita, tetapi justru hal yang utama yang harus kita lakukan. Sesungguhnya kekuatan itu dari allah tidak ada yang bisa menghalangi atau menghentikan jika Allah sudah berkehendak. Bagaimana cara mendapatkan pertolongan Allah ? Banyak sekali, diantaranya shabar dan shalat, sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al Qur’an Al Karim :Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al Baqarah:45-46)
Setelah kita tahu cara untuk menghadapi setiap masalah, maka kita harus yakin dan percaya bahwa didalam kesulitan terdapat kemudahan yang Allah berikan seperti yang tertuang dalam Firman Allah : “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S Asy-Syarh 5-6).  Semoga kita lebih bijaksana dalam menghadapi semua masalah dan selalu diberikan banyak kemudahan serta kelancaran dalam menjalani setiap tahap dan proses kehidupan.
Billahi fi sabililhaqh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KAPAMALIAN

KAPAMALIAN Kapamalian dituliskeun téh lain pikeun jadi ageman, ngan supaya nyaho baé, yén kolot urang baheula mah dina hirup-kumbuhna téh...